PORTAL BONTANG – Sebanyak 185 perempuan Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat berkumpul di Monumen Washington. Mereka pun berdandan dan mengenakan baju khas Indonesia, yakni kebaya.
Dandanan serba kebaya oleh ratusan perempuan Indonesia itu di tengah Ibukota Amerika Serikat itu bukan tanpa alasan. Mereka mengampanyekan dukungan agar kebaya masuk sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Kampanye ini pun dikemas dalam kegiatan Lomba Berkebaya, sekaligus turut memeriahkan HUT ke-77 Kemerdekaan RI di Amerika Serikat.
“Mengajak KJRI yang berada di Amerika, baik di Los Angeles, New York, San Fransisco, Chicago dan Houston, dan daerah-daerah sekitarnya, yuk sama-sama pada 7 Agustus dalam rangka menyambut HUT RI, masyarakat yang ada di AS ikut juga menggaungkan “Kebaya Goes to UNESCO”,” ujar Istri Duta Besar RI untuk Amerika, Ayu Heni Roeslani, dikutip PortalBontang.com dari VOA Indonesia.
Acara semakin menarik dengan keikutsertaan warga asing, yaitu para istri diplomat yang pernah bertugas di Indonesia.
“Saya juga mengundang ibu Duta Besar yang istrinya pernah bertugas di Indonesia, saya mengajak mereka untuk bersama-sama meramaikan,” tambah Ayu.
Lomba berkebaya ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu Kebaya pakem atau yang asli dengan kebaya model kutu baru atau Kartini, kain sarung, serta dilengkapi sanggul dan sunggar, selendang dan selop. Kategori lain yaitu modern, dengan kebaya modifikasi dan boleh tanpa sanggul dan tanpa kain atau sarung.
Seorang pecinta batik dan kebaya, Ratna Cary yang menikah dengan diplomat Amerika, ikut serta dalam kategori Kebaya pakem. Perempuan berusia 55 tahun asal Bogor ini mengatakan kepada VOA.
“Kebaya klasik itu menurut saya jauh lebih bagus, karena sesuatu yang asli dari kebudayaan kita selalu ada arti dan filosofinya, jadi tidak hanya kelihatan bagus tetapi memnpunyai arti yang mendalam. Memang bagus juga ya kebaya moderen, tapi saya ingin supaya kebaya klasiknya juga dikenalkan lebih banyak lagi, supaya masyarakat mengerti bahwa asal mula dari kebaya yang bagus-bagus moderen sekarang ini asalnya dari kebaya klasik,” ungkapnya.
Banyak generasi muda menganggap kebaya moderen atau yang dimodifikasi lebih praktis dikenakan daripada kebaya klasik. Kebaya moderen bisa dipakai dengan rok batik ataupun dengan jeans. Maka tak heran jika kategori kebaya moderen lebih banyak pesertanya.

Salah seorang peserta, Dyan Wibowo yang tinggal di Virginia mengatakan, “Kebaya saya moderen modifikasilah ya…, ada encimnya dengan tas batik begitu ya… Jadi berbaur dengan masyarakat lain.”
Ditanya mengenai perempuan yang berkebaya namun berhijab, Dyan menambahkan, “Ya hijabnya seperti biasa harus menutup. Kalau mengenakan kebaya yang menerawang, kita harus memakai pakaian atau daleman untuk menutupi yang menerawang itu, jadi harus dipadukan.”
Keberadaan kebaya harus dikenalkan sebagai kekayaan budaya Indonesia. Maka dengan “jalan cantik berkebaya” di sekitar Monumen Washington, warga Amerika akan lebih mengenal Indonesia.
Mereka yang mengikuti jalan cantik berkebaya ini tidak hanya perempuan Indonesia, namun juga anak-anak dan warga asing di antaranya istri diplomat, Jenny Kocher asal Colombia dan Chistine penyanyi Dangdut di Amerika.
Selain itu juga diadakan lomba berkebaya untuk diunggah ke Tik Tok dengan durasi satu menit. Para pemenang dari dua kategori lomba berkebaya itu akan diumumkan pada puncak acara HUT kemerdekaan RI tanggal 21 Agustus dalam acara Panggung Gembira dan Bazaar. ***