PORTAL BONTANG – Mewabahnya penyakit cacar monyet atau monkeypox serta ditetapkannya sebagai darurat kesehatan global, disebut imunologi rentan menyerang kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Menurut Imunologi asal Universitas Airlangga, dr. Ari Baskoro menyebut awalnya penyakit cacar monyet awalnya banyak menyerang kaum LGBT.
Saat menetapkan status kedaruratan global tersebut pada 24 Juli 2022 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan jika penyakit cacar monyet 98 persen kasus terjadi pada pelaku gay maupun biseksual.
“Menularnya memang dari droplet, anak-anak juga rentan tertular. Tapi sejauh ini dari data yang dirilis WHO, kasus berasal dari kontak seksual dan kebanyakan memang menyerang kaum LGBT,” ujarnya, dikutip PortalBontang.com dari Suara Surabaya.
Gejala Cacar Monyet
Ari Baskoro menjelaskan, gejala yang dialami para penderita cacar monyet berbeda dengan cacar air biasa.
Gejala awal Monkeypox yakni demam, badan sakit terutama di punggung, nyeri di kepala (sakit kepala). Kurun waktu dari awal tertular sampai dengan benar-benar dinyatakan sembuh, biasanya akan memakan waktu 21 hari.
“Setelah tertular, biasanya akan demam tiga hari. Selanjutnya, akan muncul ruam dengan cairan di dalamnya. Awalnya banyak di telapak tangan dan wajah,” ungkapnya.
Berdasarkan data WHO, angka kematian yang disebabkan oleh cacar monyet sendiri, saat ini hanya diangka tiga sampai enam persen.
Selain itu soal masa kesembuhan, Ari Baskoro menjelaskan, jika hal tersebut tergantung pada imunitas tubuh penderita penyakit cacar monyet itu sendiri.
“Prinsipnya, penyakit yang dikarenakan virus ini bisa sembuh dengan sendirinya kalau penderita punya imunitas sempurna dan baik. Tapi memang tetap harus diisolasi, apalagi saat panas hilang dan ruamnya mulai keluar,” terang dia.
Konsultan Bidang Imunologi Unair itu juga mengimbau, jika merasakan gejala seperti yang disebutkan, untuk segera memeriksakan ke fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat.
“Intinya memang langsung ke Faskes terdekat untuk diperiksa, syukur-syukur jika bukan (Monkeypox). Yang penting harus sama seperti pola hidup bersih dan sehat,” pungkasnya. ***