PORTAL BONTANG – Bagi kaum muda rata-rata jarang memiliki pantangan untuk makan apa saja. Jika dibiarkan berlebihan, justru dapat menimbulkan obesitas yang bisa memicu munculnya diabetes tipe 1.
Studi terbaru menunjukkan, obesitas tidak hanya menjadi risiko terbesar untuk diabetes tipe 2, namun juga untuk tipe 1. Bahkan penyakit gula itu sudah menjangkit di usia rata-rata 25 tahun.
Studi itu melibatkan hampir 1,5 juta remaja Israel berusia 16 hingga 19 tahun, yang menjalani pemeriksaan medis untuk dinas militer antara tahun 1996 dan 2016. Selama periode itu, 777 didiagnosis menderita diabetes tipe 1 pada usia rata-rata 25 tahun.
Baca juga: Bandara Soetta Siap Sambut Jenazah Eril Minggu Sore, Terapkan Rekayasa Arus
Peneliti menemukan, mereka yang mengalami obesitas dua kali lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 1 pada usia dewasa muda, dibandingkan mereka yang berada dalam kisaran berat badan normal.
Seperti dilansir PortalBontang.com dari laman unitedpressinternational, para peneliti juga menemukan pola yang jelas. Risiko didiagnosis dengan penyakit meningkat seiring dengan berat badan selama masa remaja.
Dibandingkan dengan remaja dengan berat badan normal, mereka yang kelebihan berat badan memiliki risiko 54 persen lebih besar, sedangkan mereka yang obesitas memiliki risiko dua kali lipat.
Para ahli mengatakan temuan ini menambah bukti bahwa obesitas harus dianggap sebagai faktor risiko diabetes tipe 1. Meski di sisi lain, para peneliti masih mengkaji penyebabnya.
Baca juga: Stadion Segiri Siap Gelar Piala Presiden, Persiapan Sudah 95 Persen
“Tidak jelas betul mengapa obesitas akan meningkatkan risiko Tipe 1. Tetapi kepercayaan umum adalah pada beberapa orang dengan kerentanan genetik terhadap diabetes tipe 1, obesitas dapat memicu perkembangan penyakit,” jelas Peneliti senior Dr Gilad Twig dikutip PortalBontang.com dari PMJ News, Minggu 12 Juni 2022.
Menurut Twig, ada teori yang berbeda untuk menjelaskan hal ini. Misalnya, obesitas memicu peradangan kronis dalam tubuh yang mungkin berkontribusi pada reaksi kekebalan abnormal yang menandai diabetes tipe 1.
Obesitas juga memiliki efek lain termasuk kekurangan vitamin D dan perubahan susunan bakteri usus yang dapat merusak fungsi kekebalan.
Baca juga: Basri Rase Minta Arsip di Lingkungan Pemkot Bontang Lebih Diperhatikan
Direktur senior penelitian di JDRF, sebuah organisasi nirlaba yang mendanai penelitian diabetes tipe 1, Frank Martin, menekankan pentingnya memiliki berat badan ideal karena terkait dengan kesehatan tubuh.
Martin, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan penelitian sebelumnya tentang obesitas dan diabetes tipe 1 sebagian besar berfokus pada anak-anak. Sekarang temuan ini menghubungkan obesitas di masa remaja dengan diabetes tipe 1 di masa dewasa.
Martin menduga adanya tidak hanya ada satu mekanisme yang terlibat. Dia mengatakan temuan ini sejalan dengan pemikiran umum tentang penyebab diabetes tipe 1 yaitu ada kerentanan genetik, dan kemudian satu atau lebih paparan lingkungan memacu sistem kekebalan untuk berbalik melawan tubuh.
Martin menunjuk virus sebagai contoh, di mana penelitian sebelumnya telah menghubungkan infeksi virus tertentu dengan peningkatan risiko diabetes tipe 1.
Diabetes ada dalam dua bentuk utama, dan diabetes tipe 2 adalah yang paling umum. Diabetes tipe 2 muncul ketika tubuh tidak bisa lagi menggunakan hormon insulin dengan benar, yang memiliki tugas penting untuk memproses gula dari makanan ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar. Usia yang lebih tua dan obesitas adalah dua faktor risiko utama penyakit ini.
Diabetes tipe 1, sebaliknya, adalah penyakit autoimun. Ini berasal dari serangan sistem kekebalan tubuh yang abnormal pada sel-sel penghasil insulin di pankreas, dan banyak kasus didiagnosis pada anak-anak dan remaja.
Kedua bentuk diabetes menyebabkan gula menumpuk di aliran darah, karena sel tidak dapat menerimanya. Namun ada hal yang membedakan keduanya.
Orang dengan diabetes tipe 2 mungkin dapat mengelola dengan diet sehat, olahraga, dan penurunan berat badan, meskipun obat-obatan oral sering dibutuhkan juga. Sementara orang dengan diabetes tipe 1, perlu mengambil insulin sintetis untuk bertahan hidup.
Temuan terbaru ini diterbitkan 5 Juni di jurnal Diabetologia, bertepatan dengan presentasi pada pertemuan tahunan Asosiasi Diabetes Amerika, di New Orleans. ***