PORTAL BONTANG – Iduladha 1443 Hijriah atau tahun ini berpotensi mengalami perbedaan hari. Hal ini diungkap peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin memprediksi potensi terjadinya perbedaan hari pelaksanaan Iduladha 1443 Hijriah tahun ini.
Penyebab potensi terjadinya perbedaan Iduladha 1443 Hijriah dikarenakan ada dua kriteria yang digunakan Indonesia, yakni hisab wujudul hilal dan kriteria baru MABIMS.
Baca juga: Subvarian Omicron Baru Buat Kasus Covid-19 Kembali Naik, Butuh Vaksin Dosis Keempat?
Dikutip PortalBontang.com dari Twitter resmi BRIN @brin_indonesia, Thomas menyebut kriteria wujudul hilal yang dipakai Muhammadiyah mendasarkan kondisi bulan yang lebih lambat terbenamnya dibanding matahari.
“Sementara pada kriteria baru MABIMS berdasarkan pada batasan minimal untuk terlihatnya hilal (imkan rukyat atau visibilitas hilal,” ujar Thomas.
Dalam kriteria tersebut, fisis hilal dinyatakan dengan elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimum 6,4 derajat, dan fisis gangguan cahaya syafak (senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
“Kriteria baru MABIMS ini digunakan oleh pemerintah dan sejumlah ormas Islam,” katanya.
Berdasarkan kriteria wujudul hilal, lanjut Thomas, pada saat Magrib 29 Juni 2022, bulan sudah di atas ufuk. Itulah sebab Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijah jatuh pada 30 Juni 2022, dan Iduladha pada 9 Juli 2022.
Sementara berdasarkan kriteria MABIMS, pada magrib 29 Juni 2022 tinggi bulan masih di bawah 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat.
“Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak, hilal tidak mungkin dapat dirukyat,” jelasnya.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria baru tersebut, 1 Zulhijah 1443 diperkirakan jatuh pada 1 Juli 2022, dan Iduladha jatuh pada 10 Juli 2022. ***