PORTAL BONTANG – Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah Banyuwangi mengadakan Festival Budaya Eco Bhinneka pada Sabtu, 29 Juli 2023 lalu. Terdapat dua rangkaian acara utama yaitu, Workshop dan Pergelaran Seni Budaya Lintas Iman, yang dibuka oleh Mukhlis Lahuddin selaku ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi.
Mukhlis tiada hentinya mengingatkan kembali tentang luar biasanya makna kebhinnekaan. Dalam hal ini keberagaman umat beragama harus tetap menjalani hidup yang rukun.
“Dari tahun 1945 sampai hari ini tahun 2023, kita sudah 78 tahun mendengar kalimat pancasila, bhinneka tunggal ika, UUD tahun 45, moderasi, toleransi, forum kerukunan umat beragama, yang itu semua dalam rangka menunjukkan kerukunan dalam umat kita dan itu butuh waktu panjang untuk terwujud,” tutur Mukhlis.
“Agama, budaya, negara harus sama-sama hadir di tengah masyarakat untuk menjunjung tinggi dan mengupayakan kerukunan. Jadi, agama hadir menurut keyakinan masing-masing, negara hadir agar masyarakat tertib dan budaya mengikuti sesuai kebiasaan masyarakat sehingga pengamalan pancasila sampai saat ini belum bisa dikatakan selesai dan tidak hanya bisa diucapkan. Namun juga bisa dibuktikan,” tambahnya.
Dalam kesempatan ini, Hening Parlan, Direktur program Eco Bhinneka juga menegaskan bahwa Muhammadiyah membawa nilai tentang kemanusiaan universal, keumatan, dan keindonesiaan yang harus ada di dalam satu tarikan napas. Oleh karena itu, program ini membawa isu ekologi dan kebhinnekaan.
“Jadi bila kamu ngaku beriman, maka kamu bukan hanya harus mencintai sesama manusia, tapi harus cinta bumi,” jelas Hening.
Setelah itu, acara dilanjutkan ke sesi dialog dengan tema “Merawat Kerukunan Antarumat Beragama melalui Kegiatan Seni Budaya” yang disampaikan oleh Muklis, yaitu bahwa seni budaya mampu memberikan dampak baik bila praktik yang dijalankan pun sesuai dan harusnya bisa menjadi jembatan untuk memupuk persaudaraan antara sesama dan lain umat beragama. Selanjutnya pelatihan eco enzyme dilakukan sebagai wujud masyarakat turut andil dalam kegiatan pelestarian lingkungan di tahap kecil yaitu rumah tangga.
Festival Budaya Eco Bhinneka dilaksanakan setelah workshop kerukunan dan lingkungan. Festival ini diadakan sebagai wujud meningkatkan kerukunan hidup dalam keberagaman dan menciptakan lingkungan lestari di Banyuwangi. Hadir dalam acara tersebut Kepala Desa Glagahagung, Camat Purwoharjo, staf ahli Bupati Banyuwangi, dan Bupati Banyuwangi.
Mimin Budiarti, Kepala Desa Glagahagung sangat berterima kasih kepada tim Eco Bhinneka karena sudah memilih Desa Glagahagung sebagai desa dampingan Eco Bhinneka Muhammadiyah.
“Ini menjadi semangat baru bagi warga Desa Glagahagung dalam melestarikan lingkungan dan menjaga kerukunan antarumat beragama,” ujarnya sesaat sebelum membuka secara resmi acara pergelaran seni budaya lintas iman.
Direktur program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan (panggilan akrab Bunda Hening), menyampaikan, “Cara kerja Eco Bhinneka ini bukan hanya untuk satu agama saja. Namun juga berlaku untuk berbagai lintas agama”.
Ia juga menambahkan, bahwa Eco Bhinneka ini berjalan bukan hanya sekadar berdialog atau pengadaan pelatihan tentang lingkungan, tetapi program ini juga mampu bergerak dengan suatu aksi dan implementasi lapangan.
“Fokus isu lingkungan ini kami ambil karena dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Dunia semakin panas dan kemarin terjadi pandemik. Kenapa pandemik itu muncul? Pastilah karena karena alam yang semakin parah. Oleh karena itu, kita harus ingat bahwa bumi itu satu untuk semua sehingga merupakan kewajiban kita untuk menjaga bumi ini. Jadi, kita harus punya aksi yang bisa kita beri manfaatnya untuk Desa Glagahagung ini,” tambah Hening.
Staf Ahli Bidang Hukum Pemerintahan, dan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Edy Supriyono pun hadir mewakili Bupati yang belum bisa datang secara langsung ke lokasi acara. Iadengan serius menanggapi bahwa Festival Eco Bhinneka yang diadakan di Banyuwangi ini seharusnya dapat menjaring lebih banyak massa dan harapannya bisa dikemas ke dalam satu Festival Kebangsaan Banyuwangi.
“Maka kepedulian Bu Hening ini kami apresiasi, tak hanya akan terlaksana di Desa Glagahagung, tapi bisa di Festival Kebangsaan bersama para tokoh agama lainnya,” harap Edy untuk program Eco Bhinneka ke depan.
Dalam kesempatan ini, hadir pula Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas atau biasa dipanggil Ibu Ipuk, untuk memberikan sambutan secara daring dan menyampaikan harapan besarnya agar Festival Budaya Eco Bhinneka ini bisa menjadi inspirasi bagi semua, sebagai salah satu acara untuk menjaga kebhinnekaan dan cara agar kita bisa mencintai lingkungan serta menjunjung nilai kearifan local.
“Semoga Eco Bhinneka jadi momentum dalam proses menyatakan perbedaan dan mewujudkan Banyuwangi yang lebih baik ke depannya,” tutur Ipuk.
Dalam festival ini, diadakan pula pergelaran seni budaya yang di dalamnya terdapat pembagian paket cegah stunting untuk balita yang sanitasi lingkungannya kurang baik. Pada setiap rangkaian acara pun, masing-masing peserta lintas iman dari enam agama di Indonesia mementaskan karyanya lewat seni tari maupun tarik suara.
Pada akhir acara, tim Eco Bhinneka juga memberikan 1.000 bibit lerak, yang langsung diberikan oleh Direktur Eco Bhinneka, Hening Parlan, kepada enam perwakilan pemuda lintas iman yang tergabung dalam Among (Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan). Harapannya bibit ini dapat mereka jaga dan akhirnya bisa menghasilkan manfaat serta sebagai bentuk upaya menjaga bumi. ***