PORTAL BONTANG – Budaya patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti.
Secara tersirat, sistem atau budaya patriarki ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki serta menempatkan posisi perempuan di bawah laki-laki.
Budaya patriarki ini masih sangat melekat di masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim). Di sinilah peran Bidang Kesetaraan Gender (KG) Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim untuk mematahkan budaya tersebut.
Kepala Bidang KG, Dwi Hartini mengungkapkan, salah satu budaya patriarki yang melekat bisa dilihat dari kehidupan sosial. Di mana, hak-hak perempuan yang tidak terakomodasi dan dipenuhi.
“Di antaranya, perempuan tidak mengetahui akses pembangunan, tidak ada partisipasi dalam pembangunan beserta kontrolnya. Contohnya menjadi apoteker, tetapi kurangnya akses informasi untuk mencapai hal tersebut,” ungkap Dwi.
Masih banyak stigma masyarakat bahwa perempuan itu lemah, tidak kreatif dan cengeng. Atau bisa dikatakan masih mengedepankan emosional dibanding rasionalitas. Sehingga, untuk kehidupan sosial pun perempuan tidak memiliki kuasa sepenuhnya.
Bidang KG pun melakukan berbagai upaya demi memberikan kesetaraan diantara perempuan dan pria di berbagai daerah se-Kaltim.
“Kami sosialisasi kampanye kesetaraan gender pria dan perempuan. Memperluas mitra kerja agar proses internal kami tidak satu arah. Atau di salah satu kabupaten di Kaltim, Kabupaten Paser, sosialisasi melalui dongeng,” lanjut Dwi.
Sosialisasi dan kampanye diberikan kepada seluruh segmen. Dari usia anak, remaja, hingga lansia. Bidang KG berusaha tiap orang, khususnya perempuan, memiliki kesempatan yang setara dengan pria.
“Kami berkomitmen agar perempuan bisa mendapatkan kesempatan di bidang sosial seperti pria. Seperti akses informasi, akses pendidikan, ataupun kesehatan,” pungkasnya. ***